Permulaan
Semuanya gelap. Aku bisa merasakan
nyeri pada kepalaku. Aku berusaha membuka mataku. Perlahan-lahan pengelihatanku
mulai stabil. Aku berusaha mengingat sesuatu, namun aku tidak dapat mengingat
apapun dalam benakku. Semakin aku berusaha mengingat, semakin nyeri rasa sakit
yang berada di dalam pikiranku.
Aku berada di kota, tepatnya berada di tengah-tengah hutan.
Aku dapat melihat banyak orang berbaju merah sedang mengerjakan, tepatnya
mengkonstruksi bangunan.
Kulihat di sisi barat, terdapat penggali tambang otomatis
yang sedang mencari dan mengumpulkan emas untuk diletakan di pusat kota.
Sedangkan disisi timur, aku dapat melihat suatu bangunan transparan yang
berisikan cairan ungu. Anehnya, aku bisa merasakan sesuatu kekuatan yang aneh
pada carian tersebut.
“Graah!” Tiba-tiba kudengar suatu suara. Dari kiri dan kanan
kulihat bannyak sekali orang-orang yang bersenjatakan pedang. Kurasa mereka
tidak terlihat bersahabat dengan hanya memakai celana berbahan kain cokelat,
dan berkumis kuning tebal. Mereka menerjangku dengan cepat, aku sudah berpikir
akan pasrah pada saat itu...
“DUAR!” Betapa kagetnya aku ketika aku menyadari bahwa ada
meriam di sebelahku yang menembakkan peluru besarnya ke arah pasukan barbar
tersebut. Ketika peluru tersebut mengenai mereka, kulihat cairan ungu
bercucuran dari tubuh mereka, dan mereka mati seketika. Aku benar-benar tidak
mengerti di dunia manakah sekarang aku berada.
Pada akhirnya semua pasukan barbar yang tadi tiba-tiba
menyerangku sudah berubah menjadi carian ungu, seperti sihir.
Aku merasa penasaran dengan cannon (meriam) yang tadi membantuku
menolong melawan para barbarian (pasukan
barbar) tersebut. Kusentuh dia, dan kulihat ada suatu tombol dibalik meriam
tersebut. Langsung saja kupencet tombolnya dan ada pilihan yes atau no.
Kupencet yes. Dalam seketika, kulihat penampung emas di sebelah baratku
menyalurkan emasnya ke arah cannon tersebut
bagaikan magnet, kemudian salah satu dari para pekerja menghampiriku tanpa berbicara.
Ternyata dia bukan menghampiriku, melainkan menghampiri cannon di sebelahku dan mengeluarkan palu di dalam alat-alat
bangunannya. Ya, dia mengkonstruksi cannon
itu.
Beberapa menit kemudian terdengar
suara genderang perang. Ternyata lebih banyak pasukan barbarian datang kembali mengepungku, kali ini dibantu oleh banyak
wanita pemanah yang berambut cherry
blossom. Aku menoleh kearah cannon di
sebelahku, dan mukaku menjadi pucat ketika cannon
tersebut tidak bereaksi terhadap musuh yang mengepungku. Aku sangat panik,
ketika kemudian datang suara letusan dari utara, kulihat seseorang. Dia
terlihat seperti.. manusia, sama
sepertiku. Berbeda dengan barbarian dan
archer (pemanah wanita), dia memiliki
ekspresi.
“Tahan posisimu. Mengapa kamu meng-upgrade cannon-mu di saat seperti ini?”
katanya.
Aku tidak mengerti sepatah katapun
yang diucapkan darinya. Yang membuatku heran, dia juga membawa banyak pasukan
barbar dibelakangnya. Kulihat pasukan barbar miliknya dan pasukan barbar yang
tadi menyerangku saling berpandang. Kemudian kulihat dari pihak orang tersebut,
ada sepasukan bapak-bapak yang berjubah biru. Kutebak mereka pasti bukan
manusia, karena ekspresi mereka datar. Mereka seperti penyihir melontarkan bola
api dari energi yang diciptakan oleh tangannya.
“Keren banget,” kataku.
“Mereka adalah Wizard, salah satu dari pasukan elite. Mereka tidak dapat dipandang
remeh oleh musuh kita.”
“Ngomong-Ngomong, siapa kamu?”
tanyaku padanya. “Kenapa kamu menolongku, dan siapa yang menyerangku itu?”
“Namaku Zefry. Aku tidak bisa
menjelaskan semuanya sekarang. Kau harus membantuku!” katanya.
“Membantu bagaimana?” Tanyaku
bingung.
“Buatlah pasukan di api unggun (army camp)! Kau tingal Menekan
tombolnya!” Katanya.
Maka kutekan tombol tersebut. Kemudian
dari sisi timur kulihat cairan ungu yang baru kusadari mirip dengan ‘darah’
para barbarian yang sedang
menyerangku ini. Carian ungu tersebut kemudian membentuk seperti tubuh barbarian dan warna kulitnya berubah
menyerupai manusia dengan celana bahan kain cokelat dan brewok kuningnya yang
tebal.
“Ini adalah dunia ajaib,” Pikirku.
Tidak sesuatu yang otomatis yang dapat membuat suatu kehidupan baru yang dapat
dijadikan sebagai pasukan.
Pada akhirnya kulihat 20 barbarian telah berkumpul di army camp milikku.
“SERANG!!” Sahutku, dan semua barbarian milikku memasuki medan perang,
membantu pasukan Zefry menghabisi barbarian
dan archer lawan.
Kulihat cannonku sudah mulai
berfungsi dan menembakkan peluru ke arah musuh. Peluru yang ditembakkan
bertambah kuat, karena hanya perlu lebih sedikit tembakan dari sebelumnya untuk
membuat para barbarian musuh menjadi
cairan ungu.
“Sepertinya cannonmu sudah selesai di-upgrade,
huh?” Kata Zefry.
“Menurutku begitu,” Jawabku percaya
diri. Aku sudah mulai mengerti sedikit demi sedikit mengenai cara kerja
alat-alat di dunia ajaib ini. Beberapa saat kemudian, semua pasukan musuh yang
tadi menyerangku sudah tewas membentuk genangan ungu di dekat kota.
“Terimakasih, Zefry. Namun, sepertinya
kau berhutang penjelasan padaku,” Kataku.
“Oh ya,” jawabnya. “Sepertinya kau
pendatang baru ya?”
“Maksudmu?”
“Sama sepertimu, pada awalnya aku
juga hilang ingatan dan mulai dari nol.”
“Jadi kau kehilangan ingatan juga
pada awalnya, begitu maksudmu?” tanyaku lagi.
“Iya betul,” jawab Zefry. “Kamu
diserang oleh orang lain. Tapi tenang saja, nyawamu tidak akan terancam selama
kamu memiliki pasukan dan pertahanan yang cukup untuk melindungimu.”
“Lalu apa maksudnya dengan gold mine, cannon, dan perlengkapan aneh lainnya?” Tanyaku
penasaran.
“ Oh begini, “ Zefry mulai
menjelaskan sesuatu. “Jadi kita semua disini pasti diberikan satu village, dimana Town Hall, yang merupakan
jantung village-mu mengoperasikan
bangunan-bangunan lainnya. Segala yang disini dibuat oleh besi, kayu, dan bahan
mineral lainnya. Namun yang menghidupkan mereka adalah elixir.”
“elixir? Maksudmu
cairan ungu itu?”
“tepat sekali,” Jawabnya dengan puas.
“Dengan elixir, kamu bisa membuat
pasukan dari barrack. Namun mengenai cannon yang dapat menyerang musuh, serta
membedakan kawan maupun lawan, aku juga tidak tahu cara kerjanya. Yang jelas
kita hidup disini untuk bertahan lama. Tidak ada satupun dari manusia yang
terjebak dalam dunia elixir ini yang
mengetahui tujuan mereka selain untuk bertahan hidup dan mati. Oleh karena itu,
kita harus menentukan sejak dini untuk apa kita hidup disini dan langkah apa
yang akan kita lakukan.”
Aku termenung, mencoba untuk mencerna
penjelasan dari Zefry.
“Tidak apa-apa. Aku pun sampai
sekarang belum bisa menemukan jawabanya. Tetapi seenggaknya beritahu dulu
namamu. Kita sudah berbincang-bincang sepanjang ini masa kamu gak kasih tau
namamu sih?”
Aku terdiam bingung. Aku bahkan tidak
tahu namaku.
“Oh aku lupa. Kau kan pendatang baru.
Tidak ada satupun pendatang yang bisa mengingat namanya sendiri. Kau harus
membuat nama sendiri.” Kata Zefry
“Sebentar dulu, aku sedang berusaha
untuk memikirkan nama yang tepat untukku.”
“Hahahaha. Gak usah formal gitu dong.
Kita kan udah deket sekarang. Oya. Ngomong-ngomong, kamu mau join clanku ga? membernya baru 4 orang sih.
Kalau kamu ikut jadi 5”
“Clan?”
Aku bertanya kepada Zefry.
“Iya,” jawabnya. “Disini orang ga
bisa bertahan hidup sendirian. Mereka harus bikin clan atau join clan yang
udah ada. Kalo enggak, pasti mati.”
Aku tersentak mendengar kata ‘mati.’
Aku tidak mau mati. Aku harus bertahan hidup sampai menemukan tujuan hidupku. “Baiklah
Zefry, count me in.”
“Oke. Jadi siapa lu?” Tanyanya.
“Groovy280.. Nama gua groovy280..”
Jawabku dengan nama yang kupilih asal.
“Groovy280, welcome to the family of Indonesia Clan.” Sambutnya.
No comments:
Post a Comment